Menurut Zakaria, jika kyai Imam Mursyid tidak ikut, maka pondok dan masjid di PSM Takeran akan dibakar. Para santri hanya bisa melihat dari kejauhan kyai-nya dibawa. Meski begitu para santri dan kyai muda tidak tinggal diam, mereka memohon sang kyai untuk mendampingi.
‘’Kyai Mursyid menolak (didampingi kyai muda dan santri) tidak ingin melibatkan para santri. Namun, kami tetap was-was,’’ ungkap Kyai Zakaria
Dari lubuk hati yang terdalam Kyai Zakaria meyakini Kyai Mursyid Muttaqin akan kembali, namun dari siang beranjak sore dan malam kyai Mursyid tak kunjung kembali.
‘’ Mereka bilang, Kyai Imam Mursyid diundang ke sebuah pertemuan di Kabupaten,’’ terangnya.
Karena tak kunjung kembali, pihak pesantren mendapat kabar jika Kyai Mursyid ditipu dengan undangan palsu. Tak hanya dari PSM Takeran. Banyak kyai dari pesantren-pesantren lain yang mendapat undangan palsu.
‘’Seperti Kyai Selo dari Kebonsari yang punya hubungan dengan Kyai Soelaiman Zuhdi Afandi dari Mojopurno, juga ditipu,’’ paparnya
Kata dia, PKI tak hanya membawa Kyai Mursyid Muttaqin, namun juga membawa sejumlah ustad muda dan santri PSM Takeran. Mereka lantas digiring ke Loji Pabrik Gula Rejosari Gorang Gareng, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari PSM Takeran.
‘’Tak hanya para kyai. Sejumlah aparat desa dan tokoh masyarakat juga digiring dengan cara sama: ditipu undangan. Mereka adalah orang-orang yang tidak sepaham dengan komunis. Mulai dari lurah, camat, polisi, pegawai dan pedagang,’’ ungkapnya
Orang-orang yang tak menerima paham komunisme itu lalu dikumpulkan di loji, sebuah gedung besar tempat para meneer Belanda mandor pabrik gula itu. Selanjutnya mereka diberondong senapan mesin hingga meninggal dunia. Dan hanya menyisakan sebanyak dua ratus orang terdiri dari para kyai dan santri dinaikkan gerbong kereta pengangkut tebu.