PortalMagetan.com- dr. Feilin Tanita Sp. Kj dokter spesialis kejiwaan dari Universita Sebelas Maret Surakarta menyampaikan anak-anak rentan mengalami stres jika terpapar tontonan yang salah.
Stres pada anak dipicu karena menonton konten yang tak sesuai dengan usianya, baik horor, kekerasan maupun saat bermain game.
Orang tua wajib waspada dengan konten yang dilihat anak, sebab stres dipicu akibat produksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak.
"Anak-anak belum bisa membedakan mana akting dan kenyataan, otak menganggap itu nyata dan direspon sebagai bahaya," kata dokter Feilin dikutip PortalMagetan.com dari Portal Jember pada artikel berjudul ’Anak Bisa Stres Jika Salah Tontonan menurut dr. Feilin Tanita, Orang Tua Harus Selalu Mendampingi’
Baca Juga: ’4 Tips Melatih Anak Lebih Percaya Diri di Depan Umum, Nomor 2 dan 3 Wajib Dicoba Ayah-Bunda
dokter Feilin mengatakan anak-anak akan menganggap konten yang ditonton sebagai bahaya, sehingga otak anak memproduksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak.
‘’Kadar adrenalin yang banyak dan berkepanjangan bisa mengganggu hampir semua proses di dalam tubuh,’’ tegasnya
Anak jadi berdebar-debar karena detak jantung lebih cepat, tekanan darahnya tinggi, ada peningkatan lemak dalam darah, peningkatan gula darah serta pembekuan darah yang lebih cepat sehingga menimbulkan serangan panik.
‘’Kadar adrenalin yang terlalu banyak juga merangsang tiroid, menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan tidur, gelisah dan depresi hingga penurunan konsentrasi serta daya ingat,’’ ungkapnya
Dokter Feilin mengajak orang tua untuk senantiasa mendapingi anak dalam melihat tayangan di televisi dan memastikan konten yang dikonsumsi sesuai dengan buah hati.
Selain konten kekerasaan, konten yang perlu hindari antara lain konten pornografi, konten kejahatan hingga konten mistis.
Orang tua juga perlu memastikan agar anak tidak terjebak dalam pola menonton yang membuatnya ketagihan dan ketergantungan.
‘Orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal jadwal menonton acara yang bisa ditonton, dan durasi menonton.
"Dampingi anak saat menonton sehingga orang tua bisa memberi pemahaman tentang kepura-puraan dalam film. Diskusikan juga pesan moral yang bisa menambah kehangatan dan komunikasi anak serta orang tua," kata dr. Feilan.
Sementara itu, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat bidang Kelembagaan, Hardly Stefano Pariela mengatakan, penonton akan mendapatkan konten yang lebih beragam setelah perpindahan sistem analog ke digital, termasuk siaran-siaran yang ditujukan khusus untuk penonton anak.
"Saluran spesifik untuk anak terus kami dorong, tetapi yang sudah ada harus terus diawasi dan orang tua perlu tetap mendampingi anak," kata Hardly.
Manfaatkanlah media televisi sebagai sumber belajar, mendapatkan informasi, membangun sportivitas lewat acara-acara olahraga dan memberikan hiburan. ***(Fandi Achmad Purbantoro Adha/Portal Jember)
Artikel ini sebelumnya telah tayang di Portal Jember pada 18 November 2021 dengan judul ‘’Anak Bisa Stres Jika Salah Tontonan menurut dr. Feilin Tanita, Orang Tua Harus Selalu Mendampingi’’