Hal ini disebabkan karena adanya patung mirip manusia (Landa) yang diyakini sebagai salah satu Opsir Belanda yang mendapat kutukan.
Banyak orang dari berbagai daerah datang ke lapangan tersebut hanya untuk mengunjungi patung Landa.
Puncak keramaian di Pasar Landa kala itu terjadi pada setiap malam Jumat Pon.
Mengetahui hal tersebut, jenang Candi yang mulanya hanya dibuat untuk kepentingan hajatan, kemudian dijajakkan kepada para pengunjung Pasar Landa.
Jenang candi yang dijajakkan kala itu berbeda dengan jenang candi yang dijajakkan pedagang di toko-toko seperti saat ini.
Dulu, para pedagang jenang menjual dalam kondisi hangat atau masih diaduk di dalam wajan besar. Mereka berjualan masih menggunakan lampu teplok.
Mulai tahun 1970-an, Pasar Landa beralih fungsi menjadi Puskesmas dan pusat pendidikan (TK dan SD). Sehingga sekarang Pasar Landa hanya tinggal sebuah nama.
Kendati demikian, jenang candi masih tetap diproduksi dan semakin banyak digemari oelh banyak orang.
Tak hanya menjadi jajanan pokok yang wajib ada pada saat warga Magetan menggelar hajatan, kini jenang Candi juga dijajakkan sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Magetan. ***