Secara keseluruhan, orang-orang yang makan makanan fermentasi menunjukkan penurunan 19 protein inflamasi berbeda yang beredar di tubuh mereka. Sedangkan mereka yang makan makanan kaya serat tidak menunjukkan tren penurunan sama sekali.
“Alasan mengapa kami melihat begitu banyak metrik yang berbeda adalah karena kami ingin melihat tren peradangan dan kekebalan yang lebih luas, dan apakah itu naik atau turun,” kata Wastyk.
Tak sampai di sana, para peneliti juga menemukan aktivitas berbagai sel kekebalan.
Empat di antaranya menunjukkan lebih sedikit aktivasi di antara pemakan makanan fermentasi, dibandingkan dengan sel yang sama pada pemakan makanan berserat.
“Karena kami tahu bahwa tingkat peradangan kronis yang lebih tinggi hadir dengan penyakit kronis, jadi, di sisi lain, peradangan yang lebih sedikit secara keseluruhan mencerminkan profil kekebalan yang lebih baik,” lanjut Wastyk.
Lebih lanjut, hal menarik yang dijelaskan dalam studi itu adalah munculnya penurunan peradangan.
Hal itu, hanya dialami untuk orang-orang tertentu dalam kelompok pemakan serat.
"Orang-orang itu kemungkinan sudah memiliki lebih banyak bakteri pencerna serat yang berkembang di dalam mikrobioma mereka, jadi mungkin itulah sebabnya mereka mengalami penurunan peradangan karena makan makanan berserat saja," jelas Wastyk.