Mbah Soleh menuturkan jika dirinya bukan tuna netra sejak lahir. Namun penglihatannya terganggu sejak 46 tahun lalu. Saat dirinya mengecek baterai miliknya masih berfungsi bagus atau tidak.
"Sekitar tahun 1977, saya mencoba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah, Tiba-tiba (bola lampu) meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi, " urainya.
Setelah mendapat musibah tersebut, penglihatannya menjadi terganggu membuatnya harus kehilangan pekerjaan. Dari awalnya menjadi buruh tani dan buruh panen tebu, menjadi buruh serabutan. Keuangan keluarga yang tak menentu membuat Putinah istrinya ikut membantu perekonomian keluarga dengan bekerja
"Saya awalnya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan," tuturnya mengenang saat sebelum kehilangan penglihatan.
Setelah sekian lama tidak bekerja, Mbah Soleh mendapat kesempatan belajar memijat. Berbekal ilmu memijat, mbah Soleh sering mendapat panggilan untuk memijat.
"Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk dan sejenis nya,'' paparnya
Di usianya yang sudah tak lagi muda, Mbah Soleh masih mampu memijat pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, mbah Soleh bisa membiayai anak-anaknya kuliah bahkan membeli tanah.
Sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid, Mbah Soleh bersama istri tercintanya berangkat tahun ini.