“Dibuatnya secara handmade karena membutuhkan ketelitian. Ketika kita coba dengan mesin banyak yang meleset dan tidak presisi. Pelanggan justru lebih banyak yang menyukai produk dengan handmade, karena bernilai seni,” imbuhnya.
Satu buah peci berbahan kulit kelinci Suryo mematok harga Rp 250.000 hingga Rp 400.000 disesuaikan dengan permintaan baik corak maupun desain peci.
Jika menginginkan warna dan corak bulu kelinci tertentu, harganya menyesuaikan dengan tingkat kesulitan pemenuhan bahan bulu kulit kelinci.
“Harga antara kisaran Rp 250.000 sampai 400.000 tergantung kwalitas bulunya. Ada yang minta warna coklat dari kelinci bligon ini peminatnya banyak,” katanya.
Suryo menuturkan permintaan peci berbulu dari kulit kelinci sebanyak 2.000 buah peci dari Negara Malaysia, sayang minimnya permodalan dan peralatan serta keterbatasan bahan kulit kelinci berbulu yang masih terbatas membuat pihaknya tidak bisa memenuhi permintaan.
Dia berharap ada investor yang membantunya untuk mengembangkan usaha pembuatan peci berbulu kulit kelinci miliknya mengingat banyak permintaan yang belum bisa di layani karena sejumlah keterbatasan tersebut.
“Kita pernah mendapat pesanan 2.000 peci, tapi karena keterbatasna peralatan, permodalan dan keterbatasan bahan kulit kelinci kita kesulitan untuk memenuhi pesanan dari luar negeri tersebut,” ujarnya.
Untuk merawat peci berbulu kulit kelinci menurut Suryo tidak sulit, cukup dengan menggunakan air hangat dan cuka.
Campuran air hangat dan cuka disapukan ke permukaan bulu kulit kelinci untuk merawat kekuatan bulu dan warna peci berbulu dari kulit kelinci.