PortalMagetan.com – Beberapa orang berhasil selamat dari tragedi berdarah di Loji Pabrik Gula Rejosari Magetan dalam peristiwa pemberontakan PKI 1948.
Kala itu sejumlah elemen masyarakat yang menentang paham komunisme baik drai unsur TNI-Polri, Kyai, Santri, Perangkat Desa, Pejabat Daerah hingga warga sipil dikumpulkan oleh PKI di suatu tempat. Tujuannya satu menumpas orang-orang yang berpengaruh yang menentang paham mereka.
Dalam sebuah literatur ada lima orang yang selamat dalam peristiwa penembakan membabi buta yang dilakukan dengan senpi mesin yang dilakukan oleh Suhud. Mereka yakni yaitu Salis, Rokib, Sartono, Sujono, serta Lasman, namun beberapa catatan lainnya menyebut ada 7 orang yang selamat dua nama lainnya yakni adalah Kapten CPM Kafrawi, dan Asngadi.
Dilansir dari Buku Banjir Darah para Kyai, Santri dan Penjaga NKRI, Sartono menuturkan tak seolah tak sangup mengingat kekejaman PKI yang dilakukan di depan mata kepalanya sendiri. Sebab, dia melihat pembunuhan masal dan orang-orang meregang nyawa di depan matanya tanpa bisa membantu.
"Sesaat kemudian suasana menjadi sunyi, dan mayat-mayat bergelimpangan disertai darah memenuhi ruangan," ujar Sartono sambil menitikkan air matanya mengenang kejadian mengerikan tersebut.
Sartono mengaku selamat dari pembunuhan masal karena dia duduk tepat di bawah jendela, sedang orang-orang FDR/PKI tersebut menembaki para tawanan dari jendela.
‘’Senjatanya tepat beberapa senti dari atas kepala saya,’’ tegasnya
KH Rokib, salah seorang saksi yang selamat dari penbantaian di loji pabrik gula Rejosari, mengisahkan bahwa korban pertama dari tawanan di loji pabrik gula Rejosari adalah Subeni, seorang pendekar dari Madiun.
"Waktu itu Subeni berusaha membuka pintu untuk lari menyelamatkan diri, karena dia melihat para penjaga sudah tidak ada. Tetapi baru saja menguak pintu, dia langsung ditembak,’’terang Kyai Rokib dikutip dari Lubang-lubang pembantaian Petualangan PKI
Menurut Rokib, aksi penembakan itu tak berhenti disitu, FDR PKI terus memberondong peluru senapan mesin ke arah tawanan di ruang loji PG Rejosari itu.
‘’Dan sesudah itu rentetan tembakan pun terdengar," ujar Rokib mengenang peristiwa tersebut.
Rokib mengungkapkan, pembantaian tersebut berlangsung secara tiba-tiba dan tidak terduga sama sekali. Dia bahkan menganggap kejadian itu seperti mimpi yang menakutkan.
‘’Setelah Subeni dan kawan-kawannya di satu ruangan tertembak, sambil menunggu giliran untuk dibantai FDR/PKI, bersama Kapten CPM Kafrawi kami mempersiapkan usaha merebut senjata mereka,’’ ungkapnya ***