Puasa Menjadikan Manusia Bertaqwa, Berikut 4 Indikator Taqwa Menurut Al-Quran: Diantaranya Beramal

23 Maret 2023, 05:15 WIB
Puas Menjadikan Manudia Bertaqwa berikut empat indikatornya @masjidmpd /

 

PortalMagetan.com - Hari ini seluruh umat muslim di Indonesia mulai menjalankan puasa ramadhan yang pertama. 

Puasa ramadhan dapat mengubah setiap manusia menjadi pribadi yang bertaqwa sebagaimana tertuang dalam Al-Quran Surat Al Baqoroh ayat 183.

Selain itu puasa ramadhan juga menjadi ladang dalam mencari pahala sebanyak banyaknya bagi umat muslim untuk mendapat ridha Allah SWT. 

Menjadi hamba yang bertaqwa merupakan cita-cita miliaran umat muslim yang ada di dunia. Namun, apa saja indikator ketaqwaan seorang umat?

Baca Juga: MINISO Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Tersedia 9 Formasi, Cek Syarat dan Cara Daftarnya

Dilansir PortalMagetan.com dari penjelasan Dr. Setiawan bin Lahuri,yang diunggah Unida Gontor, simak selengkapnya. 

“Taqwa ini merupakan harapan, dalam artian, dengan puasa kita menjadi bertaqwa, bukan hanya ketika berpuasa, tapi secara terus menerus, untuk bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Taqwa juga merupakan predikat yang harus diupayakan tiap hamba”, terangnya. 


Dr Setiawan mengatakan setidaknya ada empat indikator taqwa sebagaimana penjelasan Al-Quran sebagaimana tertuang dalam Al Baqarah: 1-5 dan Ali Imrān: 133-146.

Berikut empat indikator Taqwa:

Pertama, al-khawf minal Jalīl (rasa takut kepada Allah Yang Maha Agung). Orang bertaqwa semestinya merasa selalu diawasi, kapan pun dan dimanapun.

Juga mengakui bahwa selain Allah swt adalah kecil. Jika kita merasa takut pada hal-hal kecil, seperti bencana alam dan lainnya, maka selayaknya kita lebih takut kepada Dzat yang mengatur itu semua; Allah swt.

Indikator ini menunjukkan bahwa puasa menghendaki peningkatan keimanan, khususnya prinsip Tauhid.

Kedua, al-‘Amal bi-t-tanzīl (beramal sesuai tuntunan Syari’ah). Disebut bertaqwa jika seseorang itu menjalankan apa yang menjadi perintah Allah swt, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Puasa inilah latihan utama dalam menerapkannya.

Ustadz Dr. Syamsuddin Arif menyebut, hal ini sesuai dengan fungsi pertama dari puasa; fungsi konfirmatif.

Baca Juga: Pertamina Foundation Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Tersedia 4 Formasi, Cek Syarat dan Cara Daftarnya

“Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak puasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh keislaman dan keimanan Anda”, begitu Dr. Syam menjelaskan maksudnya.

Ketiga, ar-Ridhā bil qalīl (ridha dengan yang sedikit). Jiwa manusia menghendaki yang banyak, obsesi tinggi, namun seringkali tidak dibarengi dengan ridha atas ketetapan Allah swt.

Dengan puasa, kita diajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang didapat, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah swt telah menciptakan segala sesuai dengan kadarnya.

Ustadz Setiawan juga mengingatkan, untuk melatihnya, hendaknya kita selalu melihat ke bawah untuk hal-ihwal duniawi, dan melihat ke atas untuk perkara ukhrawi.


Ketika kita punya mobil, bersyukur karena betapa banyak di sekeliling kita hanya punya motor, sepeda dan begitu seterusnya. Melihat teman lebih alim dan shalih, kita termotivasi untuk berbuat lebih.

Ia mampu bersedekah, kita pun berazam untuk melakukan yang serupa atau lebik baik darinya.

Keempat, al-isti’dād liyawmi-r-rahīl (menyiapkan untuk kehidupan akhirat). Ya, disebut bertaqwa jika seseorang itu memberikan prioritas untuk kehidupan yang kekal.

Seperti yang digambarkan dalam sekian banyak ayat al-Qur’ān dan Hadis Nabi.

Baca Juga: KPN Plantation Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Tersedia 11 Formasi, Cek Syarat dan Cara Daftarnya

Tentu kita ingat adagium masyhur, man ‘arafa bu’da as-safari ista’adda, barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, maka ia akan bersiap dengan bekal cukup.

Akhirat adalah perjalanan spiritual, yang harus kita siapkan dengan sebaiknya untuk mengahadapinya.

Ustadz KH. Hasan Abdullah Sahal sering mengingatkan, kita seringkali berpikir bagaimana hidup dengan baik, tapi lupa bagaimana mati dengan baik.***

Editor: Moh Eko Suprayitno

Sumber: Unida Gontor

Tags

Terkini

Terpopuler