‘’Kami merasakan saat PKI 1965 itu sangat mencekam, karena ada jam malam meskipun saat itu saya masih remaja namun bisa merasakan situasi yang genting,’’ tuturnya
Menurutnya ayahnya enggan menceritakan kisah kelam tersebut lantaran ingin menjaga hati anak dan keluarganya agar tidak membenci maupun menimbulkan dendam kepada PKI dan keluarganya.
‘’Agar anak dan keluarganya tidak dendam maupun sakit hati. Karena bapak sudah menerima jika peristiwa itu adalah bagian dari takdir dan perjalanan yang harus dilalui bersama,’’ ungkapnya
Perempuan yang juga Ketua I Pimpinan Cabang Muslimat Magetan ini menambahkan jika almarhum Ayahnya sudah legawa dan tidak dendam ataupun sakit hati terhadap kekejaman PKI.
‘’Bahkan saat ditanya orang jika diberi kesempatan untuk mengadili mereka (PKI) bapak dengan tegas menyatakan jangan ada yang berkeinginan begitu, karena bapak tidak ingin memelihara kebencian maupun dendam, dan sudah legawa,’’ paparnya.
Menurutnya almarhum Kyai Rokib hanya ingin menebarkan kerukunan dan kesejukan dalam beragama. Dan mengenalkan islam yang rahmatan lil alamin.
‘’Dan yang beliau selama ini perjuangkan, bisa kita petik hasilnya saat ini,’’ tegasnya.
Alumnus UIN Raden Intan Lampung ini mengajak seluruh masyarakat untuk mengisi kemerdekaan ini dengan beragam kegiatan yang positif. Meski tak lagi mempertahunkan air mata, darah dan nyawa, namun NKRI harus digelorakan dalam sanubari.
‘’Meskipun cara perjuangannya beragam, namun tujuannya tetap sama yakni menjaga NKRI,’’ pungkasnya. ***