Magetan Lautan Api, Kampung Ini di Bakar PKI dalam Tragedi 1948, 72 Rumah Terbakar Penduduknya Disandera

- 30 September 2023, 08:56 WIB
Ilustrasi Kebakaran. Kampung Kauman Magetan Menjadi Lautan Api dalam Tragedi 24 September 1948, 72 Rumah terbakar dan ratusan penduduknya disandera
Ilustrasi Kebakaran. Kampung Kauman Magetan Menjadi Lautan Api dalam Tragedi 24 September 1948, 72 Rumah terbakar dan ratusan penduduknya disandera /Brave/

Rupanya upaya mencari pembunuh itu bagian dari siasat licik PKI untuk menjebak lawan-lawan yang akan menghalangi pemberontakan  mereka. Hingga pada 24 September 1948 kampung Kauman Magetan benar-benar menjadi lautan Api


‘’Rumah-rumah dibakar sehingga semua penghuni keluar dari persembunyian mereka. Ada 72 rumah terbakar,’’ tegasnya

Tak hanya membakar rumah, semua penduduk kauman yang laki-laki disandera dan dibawa ke Maospati setelah tangan mereka ditelikung dan diikat dengan tali bambu.

‘’ Sebanyak 149 laki-laki digiring ke Maospati. Dari Maospati seluruh tawanan dimasukkan ke dalam gudang rokok kemudian diangkut dengan lori milik pabrik gula ke Kawasan Glodok,’’ tegasnya.

Parto Mandojo salah seorang saksi hidup menuturkan dari Glodok ratusan sandera itu dipindahkan lagi ke Geneng dan Keniten dan berhasil diselamatkan tentara Siliwangi.

 “Dari Glodok kami dipindah lagi ke Geneng dan Keniten. Namun sebelum disembelih, kami berhasil diselamatkan oleh serbuan tentara Siliwangi,” tegasnya

Baca Juga: Lowongan Kerja Staf Logistik dari PT Indonesia Weda Bay Industrial Park Cek Syarat dan Kualifikasinya

Pembakaran Kampung Kauman itu pada dasarnya merupakan aksi PKI untuk menghancurkan pengaruh agama Islam di tengah masyarakat. Kejadian serupa juga menimpa Pesantren PSM Takeran sebelumnya juga telah dibakar. Pesantren Burikan pun tak luput dari serbuan PKI.

Para tokoh pesantren Burikan seperti Kyai Kenang, Kyai Malik, dan Muljono dibantai di Batokan. Korban lain dari kalangan ulama yang dibantai PKI adalah keluarga Pesantren Kebonsari, Madiun. Praktis, setelah peristiwa itu meletus, pesantren-pesantren sudah benar-benar kehilangan pimpinan. ***

Halaman:

Editor: Moh Eko Suprayitno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah