Banjir Darah di Loji PG Rejosari Magetan,Ratusan Kyai-Santri Ditembak PKI 1948-Sisanya Dimasukkan Sumur Soco

30 September 2023, 11:15 WIB
Gerbong Kertapati yang digunakan untuk mengangkut para Kyai termasuk Kbisa ditemui Kyai Soelaiman Zuhdi yang kini masih ditemui di Monumen Soco Bendo //M Eko Suprayitno-Pikiran Rakyat Magetan

PortalMagetan.com – Partai Komunis Indonesia (PKI) terus melakukan kekejaman yang tak berperikemanusiaan di Magetan pada tahun 1948. Tak hanya membumihanguskan kampung Kauman, Magetan dan membunuh TNI, Polri serta para pejabat daerah, PKI kini membidik para kyai dan santri.

Siasat keji disiapkan PKI untuk membunuh para kyai dan pimpinan pondok pesantren serta santri di Magetan dengan undangan palsu. Para kyai, pimpinan ponpes dan kyai diminta hadir ke Pemkab dan selanjutnya ditangkap PKI dan digiring ke suatu tempat di Kawedanan Magetan.

Salah satu kyai yang mendapat undangan palsu itu yakni Kyai Soelaiman Zuhdi pimpinan Pesantren At Thohirin Mojopurno, Ngariboyo, sesuah ponpes yang besar dan disegani di Magetan.

Dilansir PortalMagetan.com dari buku Banjir Darah para Kyai, Santri dan Penjaga NKRI, disebutkan Kyai Soelaiman Zuhdi akhirnya mendatangi undangan palsu yang sengaja dikirim PKI. Sebelum berangkat Kyai Soelaiman Zuhdi titip pesan kepada pembantu yang merawat Ahyul Umam anaknya, yang saat itu masih berumur dua tahun.

Baca Juga: Atasi Hipertensi pada Lansia dengan Jalan Kaki 3 Ribu Langkah Setiap Hari, Begini Penjelasan Ahli

‘’Sampai di tempat tujuan (undangan palsu), tidak ada rapat. Beberapa orang PKI telah menyambutnya dengan sepasukan tentara FDR (Fron Demokrasi Rakyat),’’ tulis buku Banjir Darah para Kyai, Santri dan Penjaga NKRI

Dilokasi undangan palsu itu, sudah banyak para tokoh yang berhasil dikecoh oleh PKI. Bersama ratusan tokoh dan para santri dari berbagai daerah lainnya, Kyai Soelaiman Zuhdi digiring ke Pabrik Gula Gorang Gareng.


‘’Mereka dikumpulkan di loji atau gedung di pabrik itu,’’ ungkapnya

Kelompok Kyai Soelaiman Zuhdi dan kelompok lainnya di kumpulkan dalam loji tersebut meski di ruangan yang berbeda. Selanjutnya ratusan orang yang sudah dikumpulkan di loji itu diberondong senapan mesin.

Tentara FDR memberondong dari balik jendela. Meski begitu tak semua orang meninggal dalam tragedi tersebut, ada satu orang yang berlindung di bawah jendela dan luput dari berondongan peluru.

‘’Roqib namanya (pria yang selamat),dia masih kerabat Kyai Soelaiman karena berlindung,’’ ungkapnya

Kyai Soelaiman bersama sekitar 200 orang lainnya tidak dibunuh di lokasi itu, namun mereka dimasukkan dalam satu gerbong Kertapati. Mereka dibawa ke Desa Soco, kecamatan Bendo.

‘’Kyai Soelaiman bersama 200 orang lainnya, dikubur hidup-hidup dan dihujani bebatuan dan batu kapur. Namun, kyai ini tidak langsung meninggaldunia,’’ ungkapnya.

Baca Juga: Magetan Lautan Api, Kampung Ini di Bakar PKI dalam Tragedi 1948, 72 Rumah Terbakar Penduduknya Disandera

Hal itu terungkap dari keterangan warga Desa Soco yang mendengar suara dzikir “Laa ilaaha illallah” bergema berulang-ulang. Namun, mereka tidak tahu di mana asal suara dzikir itu berasal. Suara itu berlangsung selama beberapa hari.

Keluarga besar pesantren di Mojopurno lantas berduka, hal itu  karena Kyai Soelaiman Zuhdi belum kembali dari undangan palsu itu dan keberadannya tidak diketahui. Hal itu tak lepas dari lokasi pembunuhan ratusan orang itu dirahasiakan oleh PKI. Masyarakat dan para santri sudah mencari ke bebarapa lokasi namun tak membuahkan hasil.

Namun seratus hari berselang dari hilangnya Kyai Soelaiman Zuhdi akhirnya para santri mendapat petunjuk jikaKyai Zuhdi dihabisi di salah satu sumur di Desa Soco, Bendo, Magetan. Hingga membuat mayoritas masyarakat Magetan geram dan sedih atas peristiwa itu.

Dalam buku tersebut, Soemarsono Willis, salah seorang seorang bocah yang kehilangan ayahnya tak dapat menahan amarah hingga dia  memukul anggota FDR yang berhasil ditangap warga dan menunjukkan lokasi sumur Soco.


 

Meski sudah mendapat titik terang, namun penggalian lokasi pembunuhan Kyai Soelaiman Zuhdi tak serta merda dilakukan hal itu tak lepas dari  agresi militer II Belanda. Penggalian sumur maut itu baru dilakukan pada awal 1950.

Selain Kyai Soelaiman, beberapa kyai dan santri dari Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran termasuk korban di sumur Soco ini. Jasad para korban telah dipindahkan. Sementara Kyai Soelaiman beserta beberapa korban lainnya, dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kota Madiun.

Di lokasi sumur itu, saat ini berdiri tegak monumen yang bertuliskan “Tempat Mati Sahid Para Pahlawan Korban Pemberontakan PKI Madiun I Tahun 1948”.

Di sebelahnya terdapat marmer bertuliskan daftar nama-nama korban. Tidak jauh dari monumen ini, juga terdapat gerbong kereta Kertapati yang dahulu digunakan untuk mengangkut para korban. ***

 

Editor: Moh Eko Suprayitno

Tags

Terkini

Terpopuler