Dahsyat, Peneliti BRIN Teliti Manfaat Kelor untuk Atasi Stunting dan Anemia, Latih Kader Buat PMT untuk Balita

8 Maret 2024, 12:15 WIB
Peneliti BRIN teliti manfaat daun kelor dalam mengetasi Stunting dan AnemiaDaun Kelor (Foto : Agus Realitasttu.com) /

PortalMagetan.com – Khasiat daun kelor untuk mengatasi balita berstatus stunting dan anemia kini tengah diteliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selama 12 pekan ke depan BRIN bakal menggarap proyek penelitian itu di Kelurahan Kelor dan Wiladeg, Kecamatan (Kapanewon) Karangmojo, Gunungkidul, Provinsi Yogyakarta mulai 5 Maret 2024.

 "Tujuan intervensi adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian formula pangan lokal diperkaya daun kelor terhadap status anemia dan status gizi balita stunting di daerah tersebut," kata Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Dini Ariani dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Dini mengatakan BRIN perlu menganalisis pengaruh formula makanan tambahan yang sudah dibuat terhadap peningkatan gizi dan hemoglobin balita stunting dan anemia. Kata dia riset intervensi itu adalah rangkaian kegiatan dari tahun sebelumnya berupa riset tentang formulasi produk berbahan pangan lokal diperkaya daun kelor yang mengandung protein hewani dilengkapi protein nabati.

Baca Juga: Kunjungi Madiun, Presiden Jokowi Resmikan 33 Ruas Pembangunan-Perbaikan Jalan di Jatim, Telan Anggaran Rp925 M

Menurutnya setelah formula tersebut rampung, ilmuwan BRIN lantas memberikan pelatihan kepada Ibu-ibu PKK, kader posyandu, UKM di Kelurahan Kelor cara pembuatan formula produk tersebut serta cara penyajiannya kepada anak sesuai kandungan gizi.

Dini mengungkapkan dari pelatihan itu terbentuk empat kelompok kader yang akan membuat produk pemberian makanan tambahan (PMT) diperkaya daun kelor dan diberikan kepada 37 balita stunting di Kecamatan Karangmojo, khususnya Kelurahan Kelor dan Wiladeg.

Dini mengungkap formulasi makanan tambahan yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar makanan lokal untuk balita dan ibu hamil yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2023.

“Sesuai dengan ketentuan tersebut, kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tambahan yang kami buat adalah sebesar 6 sampai 10 persen protein,” ujarnya.

Baca Juga: Tersangka Pungli PTSL di Sawoo Ponorogo Segera di Sidang, Berkas Perkara P21,SJD-SYL Dilayar ke Rutan Surabaya

 Dini mengklaim formula makanan tambahan itu bersumber dari bahan-bahan sederhana dan mudah didapat dengan harga relatif terjangkau.Beberapa produk makanan tersebut, antara lain sosis ayam kelor, sempol ayam tempe kelor, bolu tempe oreo kelor, dimsum ikan kelor, nugget ayam tempe kelor, bakso ikan, dan ayam kelor.

Pemberian makan tambahan pada balita stunting sudah melewati proses klirens etik dan sudah disetujui oleh Komisi Etik BRIN. "Supaya tidak mendapatkan permasalahan di kemudian hari, riset itu telah melewati proses klirens etik sebelum kami uji coba kepada balita,” papar Dini.

Balita yang mendapat makanan tambahan tersebut berusia 13 sampai 56 bulan selama kurun waktu 12 minggu atau tiga bulan. Rata-rata mereka berstatus stunting.

Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin dilakukan setiap dua kali dalam sepekan.

BRIN melakukan riset intervensi pemberian makanan tambahan tersebut dalam rangka membantu menurunkan status balita stunting di Kabupaten Gunungkidul, khususnya di Kecamatan Karangmojo.***

Editor: Moh Eko Suprayitno

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler