Journalist Camp 2023 PRMNx Eiger:4 Kemampuan Dasar yang Wajib Dimiliki Jurnalis saat Liputan di Lokasi Bencana

6 Desember 2023, 19:35 WIB
Galih Donikara dan Djukardi /Dok/PRMN

PortalMagetan.com – Journalist Camp 2023 sesi kedua kolaborasi Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) x Eiger kembali digelar. Mengambil tempat di Green Rock Camper, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pemateri memberi bekal jurnalis PRMN menguasai teknik peliputan di alam, lokasi bencana maupun ketika melakukan kegiatan di luar ruangan.

Journalist Camp 2023 sesi kedua di Jatim memang sangat istimewa karena digelar bersamaan dengan HUT PRMN ke-4 yang kali ini mengusung tema For Bright Future. Selain  merayakan hari jadi bersama, kegiatan ini sekaligus mempererat hubungan antara management PRMN dengan mitra di seluruh wilayah Jawa Timur dan Bali.

Menjadi jurnalis lapangan memang harus siap ditugaskan diberbagai medan, termasuk di lokasi bencana. Para jurnalis tak hanya bermodal nekat dan peralatan liputan, lebih dari itu, wartawan wajib mempersiapkan mental dan fisik saat ditugaskan ke daerah bencana. Perbekalan untuk menunjang kegiatan di alam bebas maupun daerah bencana juga penting untuk diperhatikan. Hal itulah yang menjadi fokus utama Galih Donikara perwakilan Eiger saat memberikan materi sesi pertama di Journalist Camp 2023.

Galih Donikara bukan orang baru di dunia pendakian gunung, bahkan menjadi salah satu legend. Sepak terjangnya di dunia pendakian sudah tak diragukan lagi karena menjadi salah satu Warga Negara Indonesia yang sukses mendaki puncak tertinggi di dunia yakni Gunung Everest.  

Baca Juga: Bersiap Liburan Akhir Tahun, EIGER Punya Banyak Kejutan di INDOFEST 2023 Surabaya!

Pria kelahiran Bandung 1965 itu membagikan tips berkegiatan aman  di alam maupun saat meliput di lokasi bencana. Hal itu lanjut Galih selaras dengan komitmen Eiger dalam mendukung jurnalis menjalankan tugas profesinya dengan aman dan nyaman tentunya dengan menyediakan beragam kebutuhan berkegiatan di alam maupun lokasi bencana dengan barang yang berkualitas tinggi dan teruji.

Galih menuturkan Eiger merupakan akronim dari Education, Inspiration, Green Life, Experimental dan Responsibility. Dibidang Green Life, Eiger menunjukkan keberpihakannya pada alam dengan beragam program untuk menjaga kelestarian lingkungan salah satunya dengan mengadopsi Pohon Mangrove.

‘’Kami ada adopsi mangrove di Surabaya daerah MERR, Mayangan Subang dan di perbatasan Makassar-Maros untuk mewujudkan Sejuta Mangrove,’’ ungkapnya.

Tak hanya dengan adopsi Pohon Mangrove,Manager Eiger Service Tim ini menuturkan Eiger juga berkomitmen menjaga gunung tetap terjaga kebersihannya dari sampah pengunjung atau pendaki. Caranya dengan berkolaborasi dengan pengelola gunung agar tetap tegas dan konsisten merawat gunung tetap bersih dan lestari.

‘’Kuncinya tegas dan konsisten, pendaki gunung itu tergantung pos pendakiannya, jika pos pendakiannya tegas dan konsisten gunung itu tetap bersih,’’ paparnya

Keseriusan Eiger untuk berperan menjaga kebersihan gunung direalisasikan dengan ikut serta mendorong kelestarian dan kebersihan Gunung Kembang di Wonosobo.

Selain Gunung Kembang, Eiger juga berkolaborasi dengan pengelola Gunung Baria atau Bulu Baria di Gowa Sulawesi Selatan. Gunung yang hanya dikelola Desa itu tetap terjaga kebersihannya dengan menerapkan aturan yang ketat bagi pendaki yang membawa potensi sampah saat naik ke puncaknya. Di kawasan Sumatera Eiger turut serta dalam mensupport kebersihan Gunung Talamau.

Baca Juga: Bersiap Liburan Akhir Tahun, EIGER Punya Banyak Kejutan di INDOFEST 2023 Surabaya!

‘’Kita belajar terus bagaimana masyarakat bekerja menjaga dan merawat gunung agar tetap bersih. Karena dari 54 taman nasional, 27 diantaranya gunung. Dan masyarakat yang mengelola Gunung Kembang hanya 14 orang, di Bulu Baria hanya 9 orang yang menjaga gunung, untuk itu kita terus mendorong bukan meng-hak atau mengambil alih, tapi agar gunung tetap bersih dan lestari,’’ paparnya.

Komitmen Eiger dalam ikut serta melestarikan lingkungan melahirkan beragam apresiasi dan penghargaan bergengsi. Mulai dari Rekor MURI untuk pembacaan Sumpah Pemuda di 28 puncak gunung secara serentak pada 28 Oktober 2015, dan terbaru program Zero Waste Mountain mengantarkan Gunung Kembang mendapat penghargaan dari Kementerian Sosial x Forum CSR Indonesia pada Juli 2023 lalu.

‘’Gunung Kembang mendapat Padmamitra Award 2022,’’ ungkapnya

‘’Kita percaya betul, jika kita menjaga alam, alam menjaga kita, kita meyakini gunung itu memilih siapa saja yang bisa naik ke puncaknya,’’ tambahnya

Untuk itu Galih mengingatkan agar manusia turut serta menjaga alam agar alam juga menjaga kita dari bahaya. Galih menyampaikan ada empat fundamental skill atau kemampuan dasar yang harus dimiliki jurnalis saat meliput lokasi bencana. Pertama yang harus disiapkan yakni physical fitness skill atau menyiapkan kondisi fisik dengan melakukan olah raga ringan baik berjalan kaki maupun jogging.

"Dokter kami menyarankan dalam satu minggu itu kita harus melatih tubuh sebanyak 150 menit, kalau dibagi enam berarti seharinya 25 menit. Latihannya bisa jalan kaki yang penting kan bugar,"

Kedua, technical skill, Galih mengingatkan agar jurnalis mencari informasi terkait detil lokasi penugasan. Hal itu bisa dijadikan rujukan dalam menentukan perbekalan yang harus dibawa, mulai dari teknik bertahan hidup di alam, obat-obatan dan lainnya.

‘’ Berkaitan dengan kemana kita ditugaskan, bagaimana cara bertahan hidup di alam mendirikan tenda, masak di alam bebas, dan lain sebagainya, jangan sampai ke lokasi bencana hanya bermodal nekat saja,’’ tegasnya

Baca Juga: Lowongan Kerja di Ekowisata Berstandar Internasional dari Eiger Adventure Land Cek Syarat dan Kualifikasinya

Ketiga Environmental skill, jurnalis harus melakukan observasi di lokasi yang akan ditugaskan. Observasi dapat dilakukan secara online dengan browsing. Hal itu  berkaitan dengan persiapan jurnalis untuk menyiapkan peralatan ke lokasi penugasan.  

‘’Kita harus tahu lokasi kegiatannya di mana, Coban Rondo misalnya administrasi di mana? Ketinggian berapa? Suhunya?, baru nanti persiapan,’’ paparnya

Fundamental terakhir yakni Human Skill, jurnalis yang ditugaskan ke lapangan setidaknya harus mengetahui kebiasaan dari warga sekitar, bahasa yang digunakan warga sekitar serta adat istiadatnya.

‘’Human skill itu pendekatan kemanusiaan, orang sekarang cenderung high tech, tapi lupa dengan high touch atau sentuhannya,’’ tegasnya.

Galih menegaskan bahwa melakukan liputan di lokasi bencana itu mempunyai resiko tinggi, karena itu harus meminimalisir resiko dengan persiapan yang matang dan menghindari mengundang bahaya dengan kecerobohan diri dan tidak bersikap sombong.

Galih Donikara dan Djukardi PRMN

‘’Kita harus sadar dulu berkegiatan di alam bebas mengandung bahaya, bahaya dari alam lokasi kejadian, (sub objective danger), kedua bahaya yang ditimbulkan diri kita sendiri (subjective danger), kita harus tahu betul kondisi alam jangan salah kostum,’’ tegasnya

Galih menambahkan saat ini teknologi terus berkembang, begitu juga dengan Eiger. Jika zaman dahulu tebal identik dengan hangat, Eiger terus berinovasi menciptakan jaket yang tipis namun memiliki kualitas yang terbaik dan tetap memberi rasa hangat, aman dan nyaman serta praktis dipakai untuk berkegiatan di alam.

‘‘Alam mengandung bahaya, manusia mengundang bahaya’’ ungkapnya

Untuk mengatasi hal itu, Eiger menyiapkan tas siaga liputan di alam yang didalamnya muat dengan beragam peralatan atau kebutuhan di ruang terbuka. Mulai jaket, baju, jas hujan, tempat kamera liputan, maupun tumbler.

‘’Saat ke lokasi bencana bisa membawa tas ringan dengan pakaian ringan dengan teknologi quick dry. Karena satu tas ini perbekalan, makanan, dan alat lainnya muat,’’  pungkasnya. ***

 

Editor: Moh Eko Suprayitno

Tags

Terkini

Terpopuler